Sampaikan Pada Jiwa Yang Bersedih

Tuesday, January 09, 2024


Pada awalnya......

Kupikir hidup harus berjalan sesempurna mungkin. Tak ada kesalahan sedikitpun. Maka dari itu ketika ekspetasiku berjalan tidak sesuai dengan rencana, seketika juga aku jatuh, menyerah,  dan putus asa.  Lalu, semua masalah kusimpan sendiri tanpa ada satu orang pun yang tahu. Aku lupa bahwa sebagai manusia aku diciptakan tidak sempurnya. Begitu juga dengan seni menjalani hidup, tidak perlu sempurna, cukup dengan versi terbaik menurut Sang Pencipta. Karena terkadang tolak ukur yang kugunakan adalah pencapaian orang lain. Tanpa sadar bahwa setiap orang punya waktunya masing-masing. Karena sebuah pencapaian tidak akan digapai bila kita terus-terusan membanding-bandingkan. Seakan-akan Tuhan tidak punya peran besar dalam hidup ini. Istighfar!

Salahku selama ini adalah berpatokan pada angka dan nominal. Lantas kurang bersyukur dengan segala pemberianMu. Menjalani hidup dengan menuhankan ego, sedangkan aku hanyalah seorang hamba. Tidak bisa, takkan pernah bisa. Aku sadar, angka dan nominal hanyalah hitungan manusia dan nikmatMu  itu tak hingga. Maafkan aku yang selalu saja bertanya tentang  kebesaranMu. Sedang lupa bahwa beribu pertanyaanku terlampau kecil untuk menjelaskanMu.

Segala sesuatu sudah teratur dengan rapi. Tertulis bahkan sebelum alam semesta diciptakan. Jadi begini, kalau Tuhan sudah mengatur segala sesuatu, apa yang harus dikhawatirkan? Maafkan hambaMu yang lalai ini. Sekarang aku tahu, bukan hidupku yang kurang baik. Tapi syukurku yang kurang banyak. Hal itulah yang menyebabkanku selalu iri dengan orang lain, dan tidak jarang dengki. Masih diberikan kesempatan bernafas saja adalah suatu karunia besar. Terlalu sibuk dengan dunia yang sementara, lalai dengan hal-hal fana, mendekati laranganMu dan Menjauhi perintahMu. Aih, masih pantaskah kugapai surgaMu?

Tuhan, izinkan aku untuk kembali. Hamba yang terlampau jauh dan tersesat dalam ruang yang gelap. Meskipun begitu, diri ini tetap betah dan enggan meraih cahayaMu. Aku terlalu jauh tapi nikmatMu tak pernah. Hidupku adalah jalan panjang. Tapi tetap saja, tanpaMu segalanya berujung buntu. Mana mungkin aku bertualang jauh tanpa tahu arah dan tujuan? Bolehkah aku merayu saat orang-orang tertidur lelap? Aku malu mengaku taat padahal nihil akan taubat.

Dalam diri ini masih kusimpan sifat egois. Orang lain berkata begitulah manusia dengan ketidaksempurnaannya. Tapi, jika tetap dibiasakan akan mengakar dan sukar untuk diubah. Aku adalah seorang keras kepala yang masih terlalu cinta dengan dunia. Hingga tak kusiapkan tempat dalam hati untukMu. Padahal apalah daya diri ini tanpa karuniaMu. Bahkan, semestinya perlu kubuang diri ini jauh-jauh dan mematenkan zatMu sebagai satu-satunya penghuni diri ini. Agar mampu kulihat dunia sebagai tempat untuk bersembah diri. Dengan namaMu aku memulai.

Sampaikan pada jiwa yang bersedih......

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe