Hidup dan Segala Sesuatunya

Wednesday, August 23, 2023


Teruntuk Sahabat Kami, Muhammad Abdullah Bawazir. Semoga Allah membalas semua kebaikanmu dengan Surga. Aamiin. 

Ada saatnya kita harus menyendiri dan berkaca pada masa lalu. Entah itu di ruang tamu, warung kopi, pantai, puncak gunung, dimanapun. Meskipun, banyak motivator ataupun orang bijak yang menyuruh untuk pergi dari masa lalu. Ketahuilah, bahwa semua itu adalah seruan untuk meninggalkan hal negatif semata saja. Kita di hari ini adalah produk masa lalu. Maka, coba ingat-ingat lagi apa yang sudah dilakukan. Tak terasa dunia terus berjalan begitupun manusia dan segala dinamikanya. Satu persatu menjalankan peran masing-masing. Ada yang jadi pengusasa, ada yang dikuasai. Ada yang jadi penyuruh, ada yang disuruh.  Begitulah. Tanpa sadar kita menjelma menjadi aktor penting yang bisa saja karena keberadaan kita orang lain bisa tersenyum. begitupun sebaliknya. 

Maka benar jika pendirian itu penting adanya. Manusia menjelma seiring berjalannya waktu. Entah itu fisik, watak, karakter, pola pikir, dll. Semua yang disebutkan tadi boleh berubah, tapi, pondasi harus tetap. Bisa dikatakan asas yang kuat adalah tonggak awal. Dasar bangunan manusia itulah yang perlu kita cari dan dalami. Layaknya seorang Ibrahim A.S ketika melihat benda-benda langit. Entah itu matahari, bulan, ataupun bintang; kesemuanya itu  belum bisa memuaskan indranya. Pencarian pun berakhir pada satu kesimpulan bahwa segala sesuatu itu memiliki awal/pencipta. Begitulah semestinya manusia. Lalu, kesimpulan apa yang lebih logis dari semua makhluk berawal dari Sang Khaliq? 

Perlu kiranya kita teladani kisah orang terdahulu dalam mentadabburi dunia ini. Karena mulai dari sanalah pondasi yang kuat itu tercipta. Bermula dari kata percaya, seorang Bilal tidak lagi memikirkan siksa dunia apa yang ia terima sebab hal itu ia genggam erat-erat. Baginya mati adalah pintu awal pertemuan dengan Sang Kekasih. Bukankah kita semua merasa bahagia bilamana bertemu dengan kekasih? Lihatlah bagaimana hal yang  dikira sepele itu merubah manusia. Dari yang tadinya lemah menjadi kuat. Dengan percaya itu tembok kokoh Konstantinopel runtuh. Dengan percaya itu lautan terbelah. Dengan percaya itu pula seharusnya kita hari ini bisa tetap tenang dalam menghadapi masalah. Tidak melulu menyalahkan keadaan. "Mungkin aku sedang sial" atau "Dunia ini tidak berpihak padaku". Bukan begitu. Ketahuilah, sudah menjadi prosedur tetap bahwa aktor harus ikut kata sutradara. 

Hidup yang pendek ini harusnya menjadi pengingat untuk terus berbuat baik. Menyiapkan perbekalan sebelum akhirnya menuju ke tempat selanjutnya. Seperti kata Buya Hamka "Hidup yang bijaksana ialah berbuat amal dan usaha menilik kepentingan bagi kedua macam hidup itu. Jangan hanya memikirkan satu macam hidup. Amal dan usaha itu dibuat bertali. Di sini kita menanam buat nanti mengetam. Di sini kita berusaha buat nanti mengambil hasil.

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe