Menjadi Manusia

Tuesday, April 12, 2022


Semoga kita tetap sadar akan status kita sebagai manusia.

Siapa yang bilang kalau  sukses itu harus berseragam? Siapa yang bilang kalau sukses itu berarti punya mobil mewah, rumah mewah plus kolam renang, dan pengikut jutaan di media sosial? Jawabannya tidak ada. Nyatanya kita hanya berekspetasi di dalam kepala sendiri sesaat setelah berselancar di dunia maya atau mungkin setelah melihat tayangan televisi tentang orang-orang yang dikatakan sukses itu. Bahkan, definisi sukses dalam kamus pun tidak se-spesifik apa yang kita pikirkan. Dengar artian, sukses tidak se-ribet itu. Memang benar, hidup ini mudah; manusianya yang bikin sulit. Tahu kenapa? Kurangnya rasa puas dan syukur yang kita miliki. 

Kita akan terus mengejar emas meskipun sudah diberikan gunung emas, tentunya dengan menghalalkan segala cara. Naudzubillah. Kita akan terus menebang pohon walaupun sudah puluhan hektar hutan yang gundul. Pertanyaannya cuma satu, harta dan kekayaan yang kita cari itu akan berguna atau tidak setelah mati? Jangan sampai gelar crazy rich yang ingin kita gapai menjadi sumber istidraj. Layaknya menggali lobang untuk mengubur diri sendiri.

Mungkin kita bisa berasumsi secara pribadi tentang sudahkah menjadi manusia yang manusia. Jika selama ini kita disibukkan dengan terus menerus mengejar harta sampai tuli dengan panggilan Tuhan, berarti bisa dikatakan berhasil menjadi manusia. Iya, manusia yang lupa akan kodrat dan maksud dari penciptaannya. Tentunya apa yang dikejar itulah yang akan digapai. Jika menjadi kaya raya itu suatu kewajiban, tentunya hidup ini tidaklah adil. Karena sebesar apapun si miskin beramal tentulah sia-sia. Dan syukurnya tidaklah begitu, Sang Maha Adil telah mengaturnya. Jika selama ini kita disibukkan dengan bekerja sembari bersyukur atas segala yang diberikan, berarti juga bisa dikatakan berhasil menjadi manusia. Seorang yang sadar akan posisinya dihadapan Penciptanya. Yang hatinya selalu bersyukur dan qona’ah, percaya bahwa apapun yang diberikan berarti yang terbaik untuknya. Pilihlah sesuai hati nurani.

Umur adalah rahasia tak ada satupun yang mengetahuinya kecuali Sang Pencipta. Mari berbuat baik seakan-akan kita akan mati besok. Seolah-olah telah mengetahui bahwa ajal sudah didepan pintu kamar. Mulailah dengan mengasihani diri sendiri. Karena terkadang hal kecil itu yang luput dari ingatan. Seberapa sering kita menguras tenaga untuk hal-hal yang tidak berguna, tidak kasihan kah pada diri sendiri? Seberapa sering kita segerakan panggilan Tuhan, atau mungkin lebih sering diabaikan dengan pura-pura tuli, tidak kasihan kah pada diri sendiri? Seberapa sering kita membaca kalam ilahi, atau mungkin lebih banyak membaca berita gosip sosialita, tidak kasihan kah pada diri sendiri? Seberapa sering kita bersujud tunduk pada Yang Maha Kuasa, atau mungkin lebih takut pada omelan pimpinan, tidak kasihan kah pada diri sendiri? Toh, segala sesuatu yang dilakukan akan kembali pada kita. Jadikanlah kesempatan hidup sebagai penambah amal kebaikan dan cukuplah ajal sebagai akhir dari keburukan. Semoga kita tetap dalam jalur yang lurus tanpa harus goyah dengan ekspetasi tinggi yang kita buat didalam kepala.

Sudahkah menjadi manusia yang manusia hari ini? 

You Might Also Like

1 komentar

  1. Hidup itu mudah, cuma kita yg kasi sulit... Kurang syukur.... Keren tulisannya.

    ReplyDelete

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe