Sebelumnya, apa kabar makhluk-makhluk aneh yang baru dipanggil ayang bapernya sampai insomnia overthinking?! Berbicara tentang rasa akan selalu berkaitan dengan hati. Sekumpulan darah yang menentukan baik dan buruknya diri manusia. Candu dan baper adalah alat, ungkapan dari rasa; manusia adalah penggeraknya. Sayangnya, kita ini terlalu mendramatisir suasana. Seringkali berlebihan dalam mengungkapkan.

Sebagai contoh dia yang diputusin ayang waktu sayang-sayangnya. Menangis, enggak mau makan, mengurung diri dalam kamar, memutar lagu sedih, seakan-akan dunia ini punya ujung bernama ayang; gunung-gunung beterbangan layaknya kapas, planet-planet bertabrakan, bilamana ayang pergi maka kiamat ada didepan mata. Nyatanya enggak gitu bestie. Beberapa orang malah sampai mengakhiri hidup, miris tentunya. Dan banyak lagi hal yang dihasilkan dari rasa 'paling'. Semoga kita tidak termasuk golongan orang-orang yang baper dan candunya salah alamat. 

Mungkin, kita harus menyadari bahwa hal-hal duniawi tidak perlu didramatisir sedemikian hebatnya. Rasa cinta dengan baper dan candunya hanyalah hiasan semata. Jika diibaratkan makanan, hal-hal tersebut adalah topping-nya. Yang jika berlebihan malah akan menghilangkan esensi dari makanan itu sendiri. Sayangnya, dunia ini benar-benar kita letakkan dalam hati hingga berimbas pada baper dan candu yang aneh. Coba lihat, untuk apa terlalu berlebihan untuk sesuatu yang bukan milik kita? Ungkapan "aku tidak bisa hidup tanpanya" adalah bukti bahwa kita adalah manusia yang merasa paling memiliki. Padahal Tuhan memberi kita secukupnya bukan sepenuhnya apalagi seutuhnya. Sudah seharusnya kita mawas diri bahwa segala sesuatu hanyalah titipan semata. Oke, begini saja, coba sebutkan sesuatu yang benar-benar milikmu? Tidak ada. Dia adalah Pemilik paten atas alam semesta dan seisinya. Maka yang paling berhak untuk mengklaim kepemilikan adalah Dia Sang Penguasa. 

Lemes bestie enggak punya apa-apa. Benar, kan?