Kita semua pasti punya sosok yang diidolakan. Semisal mengidolakan penyanyi karena suaranya bagus, sebuah band karena lagu dan liriknya,  guru karena cara mengajarnya, seseorang karena paras ganteng/cantiknya; dikenal dengan istilah suami/pacar online, dsb. Semuanya bukan tanpa sebab dan selama dalam koridor wajar, maka sah-sah saja. Punya sosok yang dijadikan role model merupakan sumber motivasi tersendiri tentunya. Layaknya secangkir kopi di pagi hari, seorang pengagum akan serta merta bersemangat hanya dengan mendengar lagu band favoritnya, nasehat gurunya, senyum si doi atau mungkin postingan media sosial idolanya. Tapi, ketahuilah bahwa hal ini layaknya dua sisi mata uang. Ada baik dan buruknya. Semoga kebaikan selalu menyertai kita. 

Jangan pernah lupa bahwa yang paling peduli pada diri kita adalah diri kita sendiri, bukan orang lain. Maka, pandai-pandailah dalam memberi perhatian. Begitu juga dalam hal mengidolakan, please jangan bodoh. Bahkan idola yang kau agung-agungkan itu tidak ikut bersedih saat kau ditimpa musibah, syukur-syukur menyukai postinganmu, syukur-syukur memberi semangat. Idola yang susah payah kau gali  seluk beluknya, cari tahu minuman dan makanan favoritnya, tempat tanggal lahirnya, mantan pacarnya siapa saja bahkan kau bela mati-matian jika dihina itu sama sekali tidak mengenalimu. Ayolah, halu boleh gila jangan. Kalau hanya gara-gara seseorang menjelek-jelekkan idolamu lalu kau lakukan perbuatan yang melewati batas wajar. Coba pikir-pikir dulu, apakah mereka-pacar/suami online dll- akan melakukan hal yang sama? Jawab saja tidak. 

Zaman berkembang dan cara kita mengidolakan sesuatu perlu dipertanyakan. Jangan-jangan sesuatu atau sosok yang kita idolakan tanpa sadar sudah menjadi sesembahan yang terlalu kita agung-agungkan. Sekarang coba cek arti kata 'idola' dalam KBBI. Semoga dengan mengetahui maknanya menjadikan kita lebih bijak dalam bertindak, memilih dan memilah sesuatu yang pantas diidolakan. Tetap waras dan jangan lupa minum :)