Bicara Tentang Bahagia

Monday, September 26, 2022

Hai semua! Kali ini, mari berbicara tentang bahagia.

Menunggumu datang, menjemputmu pulang :)

Ada baiknya kita bahas dulu kabar-kabar hangat yang akhir-akhir ini lewat di beranda kita. Yang pertama, mungkin soal dugaan perselingkuhan pasangan artis. Dari masalah pertama ini bisa disimpulkan bahwa cinta tak selamanya indah, dek! Begitulah kata orang di media sosial. Tapi, tidak seburuk yang kita kira juga. Semua tergantung aktornya. Yang kedua, masalah somasi sebuah brand minuman ternama pada pelanggannya dikarenakan tidak senang dengan komentar negatif, katanya. Baiklah, dari hal ini ada beberapa poin penting. Sebuah produk/barang apabila dipromosikan dan dipasarkan ke publik berarti sudah berani untuk menerima segala bentuk kritik dan saran, apapun itu. Meskipun begitu, sebagai seorang konsumen kita juga harus berpikir dan mengolah kata dengan sebaik mungkin apabila ingin menyampaikan kritik dan saran. Karena, kembali lagi, tidak semua orang bisa menerima kritik dengan lapang dada. Ketiga dan mungkin terakhir adalah konser salah satu idol group K-pop. Tidak banyak yang mesti dikomentari sebenarnya. Kembali lagi, asal tidak melewati batas wajar sah-sah saja. 

Bahagia itu ketika tidak ada dia diantara kita. Ketika sebuah hubungan tidak berakhir karena isu perselingkuhan. Bahagia itu ketika kita menerima kritik dengan lapang dada. Bahagia adalah ketika saran yang kita beri tidak menjadi luka layaknya silet  menyayat kulit. Bahagia itu ketika bertemu idola dan masih banyak lagi definisi bahagia. Setiap kepala punya pengertian masing-masing. Dalam KBBI sendiri arti bahagia adalah keadaan atau perasaan senang dan tenteram (bebas dari segala yang menyusahkan). Sebuah pertanyaan besar pun muncul, sudahkah hidup kita saat ini merasa senang dan tenteram? Sebagian orang mungkin akan menghalalkan korupsi dan perbuatan haram lainnya atas dasar rasa senang dan tenteram. "Yang penting saya senang, orang lain terserah lah!" Tanpa sadar bahwa perbuatan egois mereka itu telah merenggut kesenangan dari hati orang lain. Ternyata bahagia tidak semudah itu. Pantas saja generasi milenial saat ini selalu meng-elu-elu kan masalah bahagia. "Aku tuh enggak bisa diginiin." "Plis, dong. Jaga kesehatan mental aku!" Begitulah pokoknya, jatuhnya ke aneh sih. Dikit-dikit bawa penyakit psikis, alah~ Kita adalah generasi lemah yang dibungkus dengan embel-embel modern. Nanti kapan-kapan kita bahas yak!

Syahdan, kembali ke pembahasan tentang bahagia. Dalam hal ini ada dua kelompok seperti yang dijelaskan oleh Buya Hamka dalam bukunya Tasawuf Modern, kedua-duanya bisa kita jadikan acuan dalam hidup. Kelompok pertama beranggapan belumlah manusia akan merasakan bahagia yang sejati sebelum dia sampai di akhirat. Bahagia akan lebih bersih dan suci jika jasmani telah berpisah dari rohani. Dalam artian segala sesuatu yang ada di dunia ini hanyalah kesenangan fana. Tak berarti sama sekali apabila tidak berdampak untuk kehidupan setelah mati; berpikir sebelum bertindak. Lanjut pada kelompok kedua yang beranggapan bahwa orang akan mendapat bahagia di dunia dan di akhirat apabila ia berbuat baik. Manusia bisa mencapai bahagia dalam hidup apabila ia berusaha mencapainya. Bersungguh dan tidak putus ada sampai akhir menutup mata. Ingat, ya! Berbuat baik! Korupsi dan hal-hal haram tentu saja tidak termasuk. Pandangan kedua ini sangat cocok dengan hadits Rasulullah Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain. Tidakkah kita bahagia apabila bermanfaat untuk orang lain? Semoga saja kita semua termasuk dalam golongan orang-orang yang suka menebar manfaat, bukan sebaliknya.

 Jangan lupa bahagia, bestie!

You Might Also Like

0 komentar

Like us on Facebook

Flickr Images

Subscribe